Oleh Frans Fredi Kalikit Bara
Pangan adalah salah satu jenis kebutuhan
mendasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia, ketersediaan pangan bersifat
terbatas, sedangkan kebutuhan manusia akan pangan bersifat tidak terbatas. Kelangkaan pangan adalah masalah nasional
yang dihadapi oleh negara Indonesia, oleh karena itu masalah ini bukan masalah
personal tetapi kolektif.
Salah satu masalah nasional yang terjadi saat
ini yakni terputusnya regenerasi kader petani, banyak orang muda lebih memilih untuk tidak bertani dan
lebih tertarik untuk bekerja di instansi. Makin tinggi tingkat pendidikan,
makin banyak juga yang tidak berkeinginan untuk menjadi petani. Berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik Nasional 2013, hanya terdapat 0,8% yang
berpendidikan tinggi mengambil keputusan untuk bertani, sedangkan 70% hanya
berpendidikan SD. Dari segi usia produktif (<35Tahun) hanya terdapat 9,5% Orang
Muda yang bertani, sedangkan 65,15% lebih dari 45 Tahun.
Kedaulatan pangan adalah tanggungjawab yang
mesti menjadi kenyataan terlebih khusus pada pundak kaum muda yang akan menjadi agen perubahan.
Berdasarkan hasil pengamatan di pasar Matawai Waingapu, kabupaten Sumba Timur,
ketersediaan beberapa jenis komoditas pertanian masih bersifat terbatas atau
dengan kata lain terkadang permintaan lebih tinggi dari persediaan.
Kenyataan lain juga nampak bahwa petani
menggenjot hasil produksi hortikultura
hanya di musim kemarau sedangkan di musim hujan tidak. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan alat dan bahan penunjang usaha pertanian di musim hujan dan
juga pengetahuan tentang inovasi pertanian yang sifatnya terbatas. Dari
beberapa persoalan di atas, ini adalah salah satu peluang wirausaha bagi kaum
muda. Adapun beberapa jenis komoditas yang langka di pasar yakni buah-buahan, bawang merah, bawang
putih, kentang, wortel, cabe, tomat dan beberapa jenis tanaman hortikultura
lainnya.
Bapak Bupati Sumba Timur dan Ketua Sinode GKS
Payeti memberi respon positif terhadap Kaum Muda yang bergerak di usaha
pertanian, karena usaha pertanian merupakan salah satu jenis usaha yang
memiliki sumber pendapatan yang besar.
Berdasarkan data dari BPS Nasional 2013, hanya
37% Orang Muda yang mau jadi petani sedangkan 36% tidak tertarik untuk menjadi petani. Ini adalah salah satu tantangan besar ketika regenerasi petani itu terputus.
Menurut salah satu Orang Muda, Aloysius Umbu Sili Dingu, “Banyak Orang Muda
tidak mau untuk bertani karena pekerjaannya berat, membutuhkan modal yang besar
dan bertani adalah pekerjaan yang dipandang rendah“. Dari pernyataan tersebut
menggambarkan bahwa orang muda lebih memilih untuk tidak bertani.
Menurut saya, bertani adalah sebuah keputusan dengan
beberapa alasan mendasar yakni gerakan respon terhadap ketimpangan yang terjadi
di pasar Matawai Waingapu atau dalam hal ini permintaan
melebihi dari penawaran. Alasan yang kedua adalah usaha hortikultura memiliki peluang
besar dalam hal menciptakan pendapatan. Alasan yang ketiga, usaha hortikultura ini menjadi contoh bagi petani-petani yang lainnya dan yang terakhir adalah
usaha ini menjadi model untuk mengedukasi petani dalam hal peningkatan produksi
dan peningkatan ekonomi rumah tangga. (FRD).
Komentar
Posting Komentar