Mengabdi Meningkatkan Literasi: Perawat muda merintis sanggar baca untuk anak-anak

Oleh Efrin Rambu Leki

Saya memiliki keinginan kuat untuk kembali ke kampung halaman setelah menyelesaikan kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Yogyakarta. Sekembalinya ke kampung halaman di Anakalang, Sumba Tengah saya mendapat pekerjaan sebagai perawat di RSUD Waibakul, kabupaten Sumba Tengah, NTT. Kondisi kesehatan masyarakat Sumba Tengah perlu ditingkatkan karena menurut pengamatan saya masyarakat Sumba Tengah termasuk masyarakat yang belum sadar pentingnya pola hidup sehat. Sebagian besar pasien yang saya layani adalah masyarakat ekonomi lemah dengan penyakit seperti hipertensi, asam urat dan paru-paru. Bahkan tingginya angka perokok di masyarakat memicu bertambahnya masyarakat yang tidak sehat di daerah ini.

Seringnya berinteraksi dengan pasien dan keluarga pasien maupun perbincangan dengan tenaga kesehatan yang lain, saya berpikir tentang pentingnya penyadaran kesehatan yang perlu dimiliki oleh masyarakat. Jadi tidak jarang saya memberi pemahaman kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kesehatan.

Meskipun saya seorang perawat, saya tetap aktif di beberapa komunitas seperti Komunitas Literasi yaitu komunitas yang kegiatannya membuka TBM (Taman Baca Masyarakat) di desa-desa, bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan Daerah membawa mobil perpustakaan mengunjungi desa setiap Sabtu dan Minggu. Jika di desa tersebut ada orang yang berminat dan mau membagi waktu untuk mengurus taman baca maka komunitas akan memberikan buku-buku bacaan untuk taman baca tersebut. Kegiatan ini berlangsung terus dan berpindah satu desa ke desa lainnya. Salah satu kegiatan komunitas Literasi ada di kampung Laimajulung, Sumba Tengah. Kegiatan komunitas ini setiap Jumat dan Sabtu. Meski dalam keterbatasan buku dan tempat membaca, anak-anak menunjukkan semangat membaca, belajar dan bertanya. Bahkan guru-guru pun mulai ikut terlibat dalam membantu pendampingan belajar anak-anak.



Semangat saya ini muncul ketika saat kuliah di Yogyakarta saya mengikuti pelatihan Stube-HEMAT Yogyakarta. Tak hanya sekali tapi berulang kali saya mengikuti pelatihannya. Saya menemukan banyak pelajaran dan setelah pulang kampung saya sangat merasakan manfaat Stube dalam diri saya. Misalnya komunitas literasi yang sekarang saya ikuti terinspirasi dari kegiatan Stube dalam pelatihan Global Education.

Saya ingat betul, saat itu Eko Prasetyo, sang fasilitator membahas banyak hal tentang dunia pendidikan yang menurutnya sangat kejam dan tidak adil karena biaya pendidikan semakin mahal, dan di daerah mengalami keterbatasan fasilitas. Di akhir pelatihan kami didorong untuk menulis harapan dan kontribusi apa yang bisa kami lakukan terkait pendidikan setelah selesai kuliah dan pulang kampung. Komitmen saya saat itu, saya ingin membuka perpustakaan di rumah saya untuk anak-anak di lingkungan rumah saya. Saat ini rintisan taman baca sudah ada di rumah saya di Galumarada, jalan lintas Waibakul, Katikutana, Sumba Tengah.


­­­­­­
Saya sadar, bahwa orang-orang muda adalah bagian yang produktif dalam masyarakat, untuk itu anak muda harus peka atau sensitif dengan keadaan yang terjadi di lingkungan sekitar. Gunakanlah masa muda untuk untuk hal-hal yang bermanfaat, dan terus semangat menjadi agen perubahan, minimal dalam keluarga dan lingkungan terdekat tempat tinggal. (Efrin Rambu Leki)


Komentar