Geliat Petani Muda Sumba: Berbasis Inovasi dan Teknologi

Bersama
Frans Fredi Kalikit Bara,
salah satu tokoh penggerak PMPM


Oleh Frans Fredi Kalikit Bara

Negara Kesatuan Republik Indonesia dijuluki sebagai negara agraris yang memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah. Pernyataan ini menggambarkan bahwa negara Indonesia berpotensi menjadi penyumbang pangan dunia yang bisa memenuhi kebutuhan sendiri dan sekaligus melakukan kebijakan ekspor produk–produk pertanian ke negara lain.

Kabupaten Sumba Timur juga memiliki pernyataan senada yakni memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan potensi sumber daya alam tersebut semestinya dapat menunjang kebutuhan pangan daerahnya. Tingkat kebutuhan beras Kabupaten Sumba Timur masih cukup tinggi, tercatat dari tahun 2012 membutuhkan 17.907 ton, sementara tahun 2015 tingkat kebutuhan beras melonjak hingga 84. 715 ton, dan pada tahun 2016 sedikit turun ke angka 17.514 ton (Sumba Timur dalam angka, 2018: 277).

Data tersebut menggambarkan bahwa Kabupaten Sumba Timur masih mendatangkan pasokan beras dari luar untuk memenuhi kebutuhannya. Dari hasil pengamatan di pasar Matawai Waingapu, beberapa jenis tanaman hortikultura masih didatangkan dari luar. Beberapa jenis komoditi yang masih didatangkan mencakup wortel, kentang, bawang putih, bawang merah, cabe, tomat, kol, selada, buah–buahan dan beberapa jenis tanaman hortikultura yang lain.


Untuk memenuhi kebutuhan pangan di Sumba dan khususnya di Sumba Timur, dibutuhkan kerja sama yang baik antara petani, pemerintah dan masyarakat sipil. Regenerasi pertanian Sumba berada di pundak kaum muda, sehingga masa depan pertanian Sumba akan menjadi lebih baik dan berkelanjutan. Untuk masa kini, pembangunan sektor pertanian harus berbasis inovasi dan teknologi. Ada hal yang paling mendasar kenapa inovasi pertanian harus hadir di Sumba yakni: 1) melalui gerakan inovasi dan teknologi hasil produksi pertanian akan meningkat sehingga permintaan pasar terpenuhi, 2) metode pertanian konvensional akan berubah menjadi pertanian modern, 3) apabila jumlah permintaan di Sumba terpenuhi maka dengan sendirinya kebijakan ekspor akan mengikuti.



Untuk Wilayah Kabupaten Sumba Timur gerakan inovasi dan teknologi sudah mulai diterapkan. Gerakan pertanian berbasis inovasi dan teknologi dilakukan oleh tim Petani Muda Panah Merah Sumba (PMPM) dan beberapa Mahasiswa Stube-HEMAT Sumba juga ikut berpartisipasi dalam beberapa tahapan kegiatan yakni proses pembuatan bedengan, pemasangan plastik mulsa dan penanaman.


Adapun strategi bisnis yang dilakukan oleh Petani Muda Panah Merah Sumba dalam membangun bisnis di bidang pertanian hortikultura yakni usaha ini berbentuk kemitraan. Kemitraan bisnis adalah satu strategi dimana setiap anggota sama-sama aktif dalam kegiatan produksi, distribusi, promosi, pemasaran produk dan saling memotivasi sesama partner bisnis. Selain strategi kemitraan Petani Muda Panah Merah juga melakukan sentralisasi produksi, dimana setiap anggota berusaha memilih satu jenis komoditi unggulan dan berusaha menjadi ahli untuk tanaman tersebut. Dalam bahasa yang sederhana, Petani Muda Panah Merah Sumba berusaha memberi nilai tambah terhadap potensi sumber daya alam yang dimiliki sehingga bisa berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Petani Muda adalah regenerasi pangan Indonesia, sudah sewajarnya tanggung jawab itu dilimpahkan kepada kaum muda sehinga masa depan pangan Indonesia dan secara kususnya pangan Sumba makin lama makin membaik demi kemakmuran masyarakat. (FRD).


Komentar