Refleksi kehadiran Peserta Exploring
Sumba di GKS Laihau
Oleh Aurelia Aletha Sengge, S.Th.
Saat itu ada obrolan
sesama alumnus STAK Marturia Yogyakarta di Lewa, Sumba Timur antara saya dan
Trustha Rembaka, S.Th, yang sedang berada di Sumba Timur dalam rangka kegiatan
Stube-HEMAT Sumba. Kemudian Trustha menawarkan kesempatan apakah GKS Laihau
berminat untuk menerima peserta program Exploring Sumba. Saya langsung menjawab
siap menerima, meskipun saya belum memahami program itu secara lengkap. Saya yakin
program dari Stube-HEMAT itu bermanfaat karena saya mendapat manfaat pelatihan Stube tentang Analisa Sosial ketika saya kuliah di Yogyakarta.
Saya, Pdt. Aurelia Aletha
Sengge, S.Th., alumnus Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAK) Marturia Yogyakarta tahun
2007 dan menjadi vicaris di sinode Gereja Kristen Sumba. Akhirnya saya ditahbis
menjadi pendeta jemaat GKS Laihau pada 12 Februari 2015. Jemaat ini dewasa sejak
28 September 1982 dan saat ini memiliki 1.347 jiwa, dari sejumlah itu 150 orang
adalah remaja dan 450 anak-anak. Kegiatan gereja antara lain kebaktian,
perkunjungan dan persekutuan. Ada juga pendampingan remaja bekerjasama dengan
dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, pemberdayaan ekonomi dan
kegiatan anak-anak melalui taman baca dan kelas bimbingan belajar. Laihau
sendiri terletak di kecamatan Lewa Tidahu yang mana sebagian besar adalah
kawasan pertanian sehingga sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani.
Pengalaman kegiatan
bersama Redy Hartanto, peserta Exploring Sumba dari Stube-HEMAT Yogyakarta,
meninggalkan kesan yang mendalam kepada jemaat GKS Laihau. Ia melakukan pendampingan
anak Sekolah Minggu dan guru Sekolah Minggu. Guru-guru sekolah minggu merasakan
kehadirannya memberi nilai tambah kepada mereka karena menjadi tahu bagaimana
memulai acara dengan menarik, cara berbicara, permainan dan yel-yel. Selain itu
anak-anak sekolah minggu bersemangat datang ke sekolah minggu dan mereka punya
rasa percaya diri, tidak canggung berada di depan untuk menyanyi dan bercerita.
Dengan latar belakang
studinya di Teologia Kependetaan STAK Marturia Yogyakarta, Redy memiliki
inisiatif untuk berkunjung ke jemaat-jemaat walaupun belum mengenal sebelumnya.
Jemaat pun merasakan kedekatan dengannya ketika ia ikut ambil bagian dalam
kegiatan di GKS Laihau dan dalam kesehariannya ia cepat berbaur dan
berbincang-bincang dengan jemaat. Bahkan dalam kegiatan antar gereja ia cukup
aktif terlibat di dalamnya, seperti acara Pesta Iman Anak dan Remaja (PIAR) klasis
Lewa Tidahu di GKS Watumbelar pada bulan Juli 2017.
“Redy mampu menggerakkan para
remaja untuk melayani dan mempersiapkan acara di PIAR dengan melatih yel-yel
kelompok remaja antar gereja untuk dilombakan dan akhirnya juara umum lomba
yel-yel. Bahkan mereka terkesan sampai sekarang, buktinya ketika ada yang
mengatakan ‘yel-yel mas Redy’ mereka masih mengingatnya. Secara pribadi
kehadiran peserta Exploring Sumba sangat membantu pelayanan saya di gereja
karena jemaat semakin rajin datang di gereja dan semangat ikut kegiatan.
Harapan saya ke depan, peserta yang dikirim tidak saja menjawab kebutuhan rohani
tetapi juga jasmani, seperti contohnya pertanian, perkebunan, pengolahan
makanan dan kesehatan. Sukses terus Stube,” ungkap Pdt. Aurelia.
Sebuah interaksi untuk
belajar dan berbagi ternyata mampu menggugah semangat dan menggerakkan orang
lain. Ini yang menjadi tantangan bagi setiap kita, sudahkah kehadiran kita berdampak
baik bagi orang lain dan bagi lingkungan yang ada di sekitar kita? (TRU).
Komentar
Posting Komentar