Anak Muda Mandiri & Bergerak Di Pulau Pantar

Oleh Bernad Weniliwang

Bicara tentang desa, biasanya terlintas asumsi desa yang jauh dari kemajuan, kehidupan masih alami, budaya masih kental dan keakraban sosial yang dekat. Sebagian orang menganggap desa adalah tempat yang nyaman dan menyenangkan untuk ditinggali, namun sebagian lain menganggap hidup di desa sulit karena keterbatasan lapangan pekerjaan, peluang usaha dan akses wilayah, sehingga tak jarang orang meninggalkan desa dan tinggal di kota. Mengacu pada Undang-Undang nomor 6 tahun 2014, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hal serupa terjadi di desa Delaki, sebuah desa kecil di Pulau Pantar, kecamatan Pantar Tengah, kabupaten Alor,  Provinsi Nusa Tenggara Timur yang bisa dijangkau hanya dengan menggunakan perahu motor dari Kalabahi atau Alor Kecil melintasi Laut Sawu dan selat Ombai. Harus diakui bahwa kondisi jalan yang rusak, menjadi tantangan tersendiri ketika melakukan perjalanan darat menggunakan sepeda motor dan sejenisnya. Selain keberadaannya di pulau kecil, desa ini juga sering dianggap tidak maju, miskin dan terbelakang, meskipun sebenarnya memiliki potensi yang bisa dikembangkan tetapi belum dimanfaatkan karena keterbatasan sumber daya manusia.

Merespon situasi ini, saya dan ketua karang taruna, Deriko Wabang, S.Pd., berinisiatif menggerakkan anak muda di desa untuk memetakan potensi desa dan berkoordinasi dengan pemerintah desa Delaki untuk membicarakan program kerja karang taruna tahun 2021, antara lain produksi minyak kemiri, bersama Petrus Maure, Multiplikator Stube HEMAT di Alor, mengolah lahan sayuran, merintis kelompok belajar bahasa Inggris dan taman baca untuk anak dan membangun spot foto di pantai Delaki. Untuk kebun sayuran, kami memulai dengan membuka lahan dekat sumur. Di saat yang sama kami menyiapkan penyemaian sawi dan bedeng tanaman. Beberapa hari kemudian semaian dipindah ke bedeng, dan kami berbagi tugas penyiraman dan merawat tanaman. Sekitar 40 hari setelah tanam, kami panen sayuran dengan kualitas bagus dan memasarkan langsung maupun melalui media sosial. Produksi minyak kemiri sendiri telah masuk pada tahap kedua dengan mengolah 50 kg kemiri dan menghasilkan 73 botol. Saat ini kami sedang membangun taman baca dan spot foto di pantai. Kedepan, kami menyiapkan penanaman 1.000 pohon untuk penghijauan pada bulan November mendatang.


Keberhasilan anak muda desa Delaki mendapat apresiasi dari aparat desa setempat, James Boling, “Saya selaku pemerintah desa Delaki merasa bangga memiliki pemuda-pemudi yang bersemangat dalam membangun kampung halaman. Meski dengan anggaran yang terbatas dari pemerintah desa para anak muda melakukan banyak perubahan di desa. Kami memberi jaminan bahwa kami mendukung, dan tahun depan akan ada anggarannya”. Aksa Dati, salah satu anggota kelompok pemuda mengakui, “Kegiatan ini merupakan hal baru karena belum pernah ada sebelumnya. Baru kali ini kami menanam sayur dan berhasil, memproduksi minyak kemiri, membangun taman baca dan spot foto di pantai.”

Perjuangan kami memulai semua ini bukan tanpa tantangan, sebagian besar mendukung tapi tidak sedikit yang mencibir dan berargumen yang tidak membangun. Namun kami tetap bergerak dengan niat baik dan fokus pada tujuan awal, melakukan perubahan bukan hal yang mudah, namun niat baik dan tindakan nyata akan membuahkan hasil. Inilah tantangan anak muda, menjadi produktif dan memiliki harapan untuk sebuah perubahan yang lebih baik.***

Komentar

  1. Terbaik..
    Stube hemat selalu memberi dukungan yg luarbiasa.. Sehingga kami di Alor pun terus semnagt

    BalasHapus

  2. Kemajuan ada di pundak anak muda,tetap semangat demi generasi yang mandiri dan berdaya cipta..

    BalasHapus
  3. Mantap bung. Terus berkarya untuk Negeri. Tuhan Yesus Memberkati 🙏🌹

    BalasHapus
  4. Pemuda tulang punggung keluarga dan juga daerah.akui dobel semoga menjadi contoh dan inspirasi bagi pemuda lain

    BalasHapus

Posting Komentar