Menggugah Kesadaran Masyarakat Mencintai

Oleh: Bernard Liwang, S.Pd.K.

Alimake, atau desa Delaki adalah salah satu desa yang berada di Kabupaten Alor tepatnya di pulau Pantar, Kecamatan Pantar Tengah, Kab. Alor NTT. Untuk sampai ke desa ini dari Kalabahi, kita bisa melakukan perjalanan dengan perahu motor untuk menyeberang ke pelabuhan Bakalang, pulau Pantar. Selanjutnya ditempuh melalui perjalanan darat kurang lebih sejauh 45 km. Desa ini cukup jauh dari keramaian kota. Patut diakui bahwa Delaki ke depan memiliki potensi yang cukup menjanjikan sebagai desa wisata di Alor karena menyimpan sejuta keindahan dan kekayaan alam yang belum banyak diungkapkan.

Selain kekayaan budaya, keaslian alamnya yang meliputi pantai dan gunung, Delaki menyimpan keunikan lain, salah satu di antaranya adalah hewan lindung penyu, kura kura dan sejenisnya, yang cukup banyak dapat ditemukan di pantai Delaki. Di atas hamparan pasir panjang ini, penyu, kura kura mendarat dan bertelur hampir setiap bulan. Sering dijumpai bahwa dalam sebulan lebih dari satu ekor datang bertelur. Ini menandakan bahwa hewan ini cukup banyak. Masyarakat sekitar bertutur bahwa dahulu penyu bisa datang bermain di pasir panjang pada siang hari, namun semakin hari semakin berkurang akibat penangkapan liar, sehingga saat ini kita tidak bisa menemukannya di waktu siang.

Penyu hanya akan datang pada malam hari untuk bertelur, sayangnya sering hewan ini ditangkap, karena kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai pelestarian hewan jenis ini.  Rata rata masyarakat di desa ini belum tahu kalau hewan ini perlu dilestarikan, mereka hanya tahu menemukan daging untuk dikonsumsi, bahkan mereka menghitung dengan cermat kapan penyu akan datang bertelur, sehingga hampir tidak ada yang lolos dari tangkapan mereka. Baik induk, maupun telur semuanya diambil dan dimakan. Tanpa mereka sadari habitat penyu terancam punah.

Melihat kondisi yang menyedihkan ini, kami selaku orang muda di desa yang memiliki informasi dan pengetahuan mengenai hewan yang harus dilindungi dan dilestarikan ini berusaha menyuarakan ini ke masyarakat desa Delaki agar tidak memburu atau membunuh hewan ini. Secara persuasif kami menghimbau masyarakat untuk melepaskan dan membiarkan hewan ini berkembang biak. Namun sayang, usaha ini tak kunjung berhasil. Masyarakat kurang peduli, dan terus menangkap hewan ini.

Suatu ketika, saat pagi hari kami sedang berolahraga ke pantai pasir panjang, kami menemukan jejak penyu mendarat, lalu kembali ke laut. Itu berarti induk selamat. Kami mencoba mencari telurnya namun tidak menemukannya. Kemungkinan besar penyu tersebut belum bertelur dan biasanya hewan ini pasti akan datang pada malam berikutnya. Betul penyu tersebut datang lagi untuk melepaskan telurnya, namun induk penyu ini berhasil ditangkap oleh salah satu warga. Kami terlambat! Saat pagi-pagi buta kami ke pantai, kami hanya menemukan bekas penyu naik dan tidak kembali ke laut, artinya sudah ditangkap. Kami bergegas kembali dan mencari pelakunya. Ketika kami sampai ke rumahnya, kami hanya melihat tulang belakang dan dan daging penyu yang sudah dicincang. Tapi kami masih beruntung, bisa menemukan telurnya yang berjumlah 97 butir. Kami lalu mengambilnya dengan jaminan akan membayar sesuai kesepakatan, telur tersebut kami bawa dan simpan kembali ke pesisir untuk proses menetas.

Menggugah masyarakat untuk mencintai lingkungan khususnya spesies penyu bukan hal yang mudah disaat masyarakat masih membutuhkan sumber pangan dan kurangnya kesadaran untuk mencintai ciptaan Tuhan. ***

Komentar